CERPEN : AKU DAN BAYANGAN


Kata siapa mendungi itu kelabu nyatanya hari ini....lantunan senandung kecil yang di iringin musik hujan rintik-rintik dari luar,terus terdengar di balik dinding-dinding kamar gadis,putih, manis yang berambut ikal,yang sedang mempersiapakan alat tempurnya yaitu:pensil,pulpen,buku,penggaris, dan teman sejenisnya. Sudah siap dengan seragam putih-birunya.
Puan pun melangkah keluar kamar. Tapi Entah lah apa yang terjadi pagi ini pada puan,begitu bahagianya dia rasakan, yang pasti dia bahagia karena sang mama yang membangunkan tidurnya pagi ini. setiap langkah kakinya membawa kercerian,di pun bergegas menuruni anak tangga menuju lantai bawah rumahnya,rumah mewah dan perabotan serba ada.sebelum sampai bawah ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Selamat pagi putri cantiknya  papa" sambil mencium kening anak tercinta.
"Selamat pagi juga papa ku yang gagah".
Puan dan papa pun beriringan menuju ruang makan,di sana ada mama yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi mama" sapa puan dan papanya bersama-sama.
"Pagi papa dan puan" ciuman pun mendarat di ke pipi kanan puan dan pipi kiri papa. Betapa bahagianya puan merasakan semua itu karena hal seperti itu dia rasakan sangat langka.
Di saat makanpun mereka bercanda gurau,senyuman terus keluar dari mereka, mencerminkan sebuah keluarga yang bahagia,yang tak ada jarak,yang penuh kasih dan saling berbagi.puan pun ingin terus merasakan seperti ini tiap harinya,bisa bersama,dia pun bedoa semoga hari ini diberi waktu lebih panjang.
Puan pun di antar papa ke sekolah, sebelum masuk mobil,puan pun berpamitan pada sang mama. "Aku pergi dulu ya mah"
"Ya hati-hati ya nak" puan memeluk erat sang mama,erat sekali serasa tak ingin berpisah. Tak ketinggalan papa ikut merangkul sang isti dan putri nya dengan penuh kasih dan kehangatan. Puan merasa bahagia sekali jika waktu bisa berhenti,dia ingin saat itu berhenti. Di saat kebahagiannya itu, terdengar suara.... triiinggggg....tringgg...tringsssss...suara yang kencang dan dan nyaring yang keluar itu terus berulang-ulang dan melenyapkan papa dan mamanya puan yang sedang dia rangkul. Puan pun tersadar dari pembaringannya, dia membuka mata,dan mengucek-ngucek muka. Dia pandang alarm yang berbunyi terus,di ambil dan di matikanya. "Sial,ternyata semua itu mimpi,kapan mimpi itu tidak lagi sekedar mimpi" sambil garuk-garuk kepala.
Dengan lesunya dia menuruni anak tangga,kenyataanya dia tak sebahagia di dalam mimpinya,di berharap mimpi itu menjadi nyata saat itu juga,di saat papa menyapa di tangga. Tapi sampai selesai melewati tangga tak ada apa yang menyapa. Puan menuju ruang makan,dia berharap ada mama yang akan menyapa dan menyiapkan makanan. Sesampainya di ruang makan, sudah tersedia sarpan roti bakar coklat keju,di atas meja.
"Pasti ini mama yang buat" senyum sumringah puan.
Tapi di saat dia menoleh ke dapur,hanya ada si mbo yang sedang berjalan menuju dirinya dengan segelas susu di tangannya.
"Minum susu dan sarapan dulu ya non"
"Ya mbo,mama papa kemana mbo,ko ga kelihatan".
Tuan sudah berangkat sejam yang lalu ke rumah sakit,katanya ada pasien yang mau di operasi pagi ini,dan ibu juga sudah berangkat kekantor,ada telepon dari bosnya,ngabarin ada rapat mendadank".
"OH" jawaban singkat dari puan.
Setelah menaruh minuman mbo pun kembali ke dapur dan puan duduk untuk sarapan. Walaupun rotinya sangat menggairahkan untuk di makan, tapi puan tidak ada napsu untuk memakanya.
Pikirnyapun menerawang. "Seandainya aku pasien papa,pasti papa akan perhatikan aku tiapa hari,akan nyapa aku tiap pagi,akan memperhatikan aku tiap jam,setiap jam pasti aku ketemu papa,papa akan tanya perkembangan aku tiap hari. Dan seandainya aku jadi bosnya mama,pasti aku akan terus bersama mama sepanjang hari,akan merintahin mama untuk nemenin aku, pasti aku tak akan sendiri dan kesepian seperti ini".
Selsai sarapan pagi,dia menuju ke sekolah di antar mang damin.
Di sekolah puan anak yang aktif,banyak teman dan lumayan cerdas. Tapi dia terkadang malu,karena setiap rapat wali murid kedua orang tuanya tak pernah datang,dia mewakili dirinya sendiri.
Dia sebanyak-banyaknya mengpulkan teman,hanya untuk mengusir kesepian di hatinya.
Makanya dia lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah. Untuk les,ekstrakulikuler,dan untuk sekedar jalan- jalan bersama teman-temanaya. Karena dia tau,tak akan ada yang mencarinya,ke dua orang tuanya terlalu sibuk dengan kesuksesan mereka. Dan di saat dia pulang kerumah hanya bayangannya saja yang menemaninya.Entahlah puan merasa apa semua anak tunggal merasakan apa yang dia rasakan,apa keadaannya sama dengannya,di fasilitasi kemewahan tanpa ada perhatian.
Dia selalu berpikir,kenapa dia tidak di berikan kakak atau adik,setidaknya ada yang menemani, tapi terus mengeluh tak ada gunanya.
Sepulang dari les pukul 5 sore,seperti biasa dirumah sepi,hanya ada si mbo saja.
Masuk kamar dan seperti biasa,setiap apa yang di rasakan hari itu,dia curhatankan di depan cermin,bercermin melihat bayangannya dan berceritalah dia.
Jangan salahkan apa yang di lakukan, dia hanya butuh teman untuk berbagi, yang harusnya bisa di lakukannya kepada kedua orang tuanya.
Hari ini puan belem bertemu kedua orang tuanya. Dari bangun tidur sampai hendak tidur,belum berjumpa,memberi kabar pun tidak.
Puan berbaring menatap langit-langit kamarnya, yang di rasakannya sepi.
"Tiga hari lagi gue ulang tahun yang ke 15,gue harap kedua orang tua gue,inget dan ada bersama gue."
H-1 ulang tahun puan tapi tak ada tanda- tanda akan ada perayaan ulang tahun untuk puan,boro-boro perayaan ingat tidaknya puan ulang tahun,kedua orang tuanya tidak tau.
Pagi itu puan sarapan dengan papanya, papanya ada di rumah karena dapat giliran jaga malam.
"Pa,mama kemana?"tanya puan
"Mama mu,keluar kota selama 4hari"
"Papa tau tidak besok hari apa dan tanggal berapa?"
"Besok hari kamis,tanggal 5 mang kenapa?"
"Gak apa-apa,aku mau tanya aja,aku pikir papa lupa"
Yang puan inginkan hanya papa bilang besok ulang tahunku.
Setiap dia melangkahkan kakinya dia terus menatap bayanganya...
Yang dia tau yang setia,dan selalu menemaninya hanya bayangan dirinya saja,dia merasa bayangan bukan lagi sebagai bayangan,tapi temanya disaat teman sesungguhnya tak ada.
Di dalam kamar puan waktu menunjukan 23:55. 5 menit lagi dia akan berumur 15 tahun, dan 5 dia akan tau siapa yang memberi selamat pertama kali dan memberikan kue atau hadiah. Yang dia harapkan kedua orang tuanya ada bersamanya disaat ini. Tepat jam 12,rumah masih sepi,tak ada tanda-tanda akan ada kejutan,mama di luar kota dan papa masih tugas di rs. Walau tak bersama,ucapan lewat tlp atau smspun tak ada dari mama dan papanya. Hanya ada temanya saja beberapa yang sms dan mengucapkan selamat ulang tahun. Sedih sekali puan dengan keadaanya ini,anak tunggal tspi tak di perlakukan sebagai anak tunggal,seperti anak yang tak di inginkan atau mungkin tak diharapkan. Setiap tahun terulang seperti ini, ingin rasanya kembali ketika umur 1-5 tahun. Betapa kompaknya kedua orang tuanya merayakan ulang tahun.
Dan sekarang dia akan merayakan ulang tahunya di depan cerminnya,sambil berlinang air mata,dia menyanyikan lagu ulang tahun untuk nya,dia mengucapkan ulang tahun pada dirinya,dia.memanjatkan doa untuk dirinya. Dia berharap hari ini akan segera berlalu dan dia akan terus berharap kedua orang tuanya,akan datang.
Atau setidaknya di ulang tahun berikutnya dia tak sendiri,tak kesepian dan bukan sekedar banyangan yang bersama dia.tapi ada mama dan papa yang dia sayangi.:-)



Comments

Popular posts from this blog

Rahasia Mitos di Balik Pantat Ayam

ISTILAH DALAM PARA PENCANDU DAN BANDAR NARKOBA

Keunggulan dan Epek Menggunakan KB Susuk (IMPLAN)