Membangun Rasa Empati dengan Penuh Cinta Kasih
Kehidupan moderen, dengan penuh kesibukan Dengan pekerjaan dan apapun itu, menjadikan hidup seperti didunia sendiri. Hal terburuknya dari itu kita kurang mampu merasakan kehidupan disekeliling kita.
Sebenarnya bukan seberapa banyak, seberapa besar atau seberapa sangat kehidupan menyibukan kita, sehingga kita kurang peduli Atau empati dengan keluarga, lingkungan dan orang-orang disekitar kita.
Tapi sikap kita yang acuh dan merasa tak mau mencampuri, lebih-lebih merasa jika tidak ada keuntungan enggan memberi dan membatu, semakin membuat kita jauh dari sifat manusia.
Ingat lagi bahwa kita ini makhluk sosial, selalu membutuhkan satu sama lain. Kita tak mampu hidup sendiri, walau semandiri apapun kita.
Dan Ingat lagi pelajaran sekolah dasar kita, dimana kita diajarkan untuk saling mengasihi, memberi, tenggang rasa dan peduli satu sama lain tanpa pamrih.
Tanpa kita sadari kejadian-kejadian yang terjadi disekitar kita yang menimpa orang lain membuat kita acuh tak acuh, contohnya :
Disaat terjadi kecelakaan lalu, apa yang kita perbuat, menonton, menyaksikan seolah-olah sebuah pertunjukan. Seberapa banyakpun orang yang melihat dan menonton jika tak berbuat apa-apa percuma. Setidaknya bantu semampu kita, setidaknya lakukan hal kecil yang mampu meringankan rasa sakitnya.
Medengar pertengkaran tetangga rumah, mendengar keributan disebelah kos, mendengar cekcok dan keganduhan disebelah kontrakan. Apakah kita hanya diam saja? Memang benar tak sepatutnya kita turut campur dengan kehidupan atau urusan orang lain. Tapi apakah dibenarkan kita berdiam diri, mendengar atau menyaksikan akan membuat menyakiti salah satu pihak.
Buktinya kekerasan terhadap anak, pelecehan seksualitas, kekerasan dalam rumah tangga, terjadinya perampokan atau bahkan pembunuhan, itu terjadi karena kurangnya rasa empati.
Mampu Merasakan apa yang orang lain rasakan.
Tak ada salahnya merasa tersentuh, merasa iba dan kasihan. Bukan serasa kita menjadi pahlawan atau karena keinginan dipuji, Itu tandanya kita masih manusia yang punya hati, akal dan pikiran.
Hal yang sering terjadi, menyesal kemudian, Ya pastinya penyesalan selalu datang terlambat. Setelah itu akan muncul kalimat : coba tadi harusnya ini, itu, begini, begitu.
Kita selalu bereaksi setelah kejadian, bukan sebelum kejadian. Sebenarnya tak ada salahnya untuk saling mengingatkan, Dan untuk saling memberi tahu.
Kepo itu tak masalah, jika kita tau apa tujuan baik didalamnya. Tapi kalau keponya hanya ingin merusak, itulah yang jadi masalah.
Serba ingin tahu hal yang baik, apalagi dibidang ilmu dan dihal-hal kebaikan.
Semoga kita bisa terus membangun rasa empati bahkan tak akan pernah tergerus oleh zaman.
Sesibuk apapun kita, semoderen apapun itu, tak ada ruginya untuk peduli antar sesama, buhkan hanya pada sesama tapi pada semua ciptaan tuhan.
Karena kebaikan akan selalu menghasilkan kebaikan. Apapun yang akan kita perbuat sekarang akan berpengaruh pada masa depan kita. Dan apa yang terjadi sekarang pada kita, itu dampak dari apa yang kita perbuat dimasa lalu.
Kita hidup untuk masa depan, tak perlu sesali apa yang terjadi. Dan saatnya kita membangun hidup kita dengan penuh rasa empati dengan penuh cinta kasih.
Wassalam
N. Sani
Perubahan terbaik, dimulai dari diri sendiri dan alam semesta akan mengikutinya. Semoga CATATAN CERITA SANI bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Comments
Post a Comment
Bebas berkomentar asal tidak mengandung sara