STOP KORBANKAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA



Ada pepatah mengatakan sebuas buasnya harimau tak akan memangsa anaknya sendiri. Apalagi manusia yang mempunyai hati, akal dan pikiran. Tapi manusia tidak ada yang sempurna, orang tua pun bisa salah.

Hakikatnya orang tua Ingin selalu membuat anak bahagia dan melihat anaknya sukses, tapi kadang ego yang bisa meruntuhkannya.
Tak selamanya kehendak orang tua selalu dituruti atau tak selamanya orang tua memaksakan kehendaknya.
Anak sekarang tidak suka dilarang dan diperintah jadi buatlah anak nyaman dan ajaklah berdiskusi.

Ketika seorang suami dan istri ada perselisihan, kadang anak menjadi korban atau terseret dalam persoalan rumah tangga orang tuanya.
Yang paling tersakiti atas persoalan rumah tangga suami dan istri adalah anak.

Saat suami dan istri bertengkar, secara tidak langsung kadang orang tua melampiaskan terhadap anaknya, baik melalui omelan, bentakan atau sindiran terhadap suami oleh istrinya atau sebaliknya yang disampaikan terhadap anaknya.

Kadang ketika seorang istri sudah tidak sanggup menghadapi persoalan rumah tangganya, sampai dia berputus asa dan bunuh diri, sayangnya bunuh dirinya tak sendiri, sang ibu mengajak anak-anaknya untuk mengakhiri hidupnya juga.

Yang selalu membuat anak kecewa, sedih dan marah ketika melihat orang tuanya berpisah atau bercerai. Anak menjadi korban untuk kesalahan-kesalahan orang tuanya. Perpisahan yang tidak baik-baik membuat anak menjadi korban secara sikis, mereka harus menghadapi banyak pertanyaan orang-orang, tekan batin terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dengan percerainyan orang tuanya, sang anak harus beradaptasi dengan kehidupan yang baru, apalagi harus jadi rebutan untuk kedua orang tuanya, sang anak diharuskan dan dipaksa untuk memilih ayah atau ibunya. Berat dan menanam luka dihati sang anak.

Percerai kedua orang tua tidak baik untuk perkembangan seorang anak tapi dengan terus bersama membangun rumah tangga dan setiap hari harus cekcok dan bertengkar dihadapan anak membuat tidak baik pula untuk perkembangan sang anak.

Ketika kedua orang tua memutuskan untuk berpisah, pikirkan baik buruknya terhadap sang anak, jangan egois. Setelah berpisah apa yang akan kalian lakukan terhadap anak-anak kalian, jangan membuat mereka merasa kehilangan dan merasa tak di anggap. Apalagi ketika ayah bunda nya membina keluarga baru, perkenalkan dengan baik keluarga yang baru tapi jangan dipaksakan, buatlah sang anak nyaman dengan keluarga dan kondisi yang baru terhadap dirinya.

Ketika seorang ayah atau bunda memiliki pasangan baru, awalnya anak tak akan rela bunda atau ayahnya dimiliki orang lain, jangan memaksakan anak untuk menerimanya dengan seiring waktu yang berjalan, perhatian dan kasih sayang yang tetap utuh terhadap anak, akan membuat anak menjadi nyaman dan tak merasa ditinggalkan. Jangan asik sendiri dengan pasangan yang baru itu yang akan membuat jarak antara anak dan orang tua dan pasangan baru orang tuanya.

Sekecil apapun perbuatan atau prilaku buruk yang ditanamkan baik secara pisik dan sikis akan selalu membekas dihati anak,  apalagi ketika dilakukanya dari semenjak anak kecil itu akan terbawa sampai dia dewasa.

Ketika seseorang mutuskan untuk berumah tangga, memiliki keturunan, sebagai orang tua harus siap dan bertanggung jawab terhadap sang anak apapun yang akan jadi, jangan buat anak terasingi dan merasa tak disayangi dengan perlakuan tidak baik terhadap sang anak.

Anak diciptakan Tuhan untuk melengkapi kebahagian suami dan istri, anak tercipta dari rasa cinta dan saling mengasihi seorang suami dan istri. Jadi jangan korbankan mereka atas perselisihan rumah tangga kedua orang tuanya apalagi sampai menyakiti hatinya. Jangan sampai anak, menyesali dilahirkan dan memiliki orang tua kita.

Kasih sayang ibu sepanjang masa dan kasih sayang ayah sepanjang hayat.

Comments

Popular posts from this blog

Rahasia Mitos di Balik Pantat Ayam

ISTILAH DALAM PARA PENCANDU DAN BANDAR NARKOBA

Keunggulan dan Epek Menggunakan KB Susuk (IMPLAN)